Inspiring points

Reflective story from journey of life , Alam terkembang jadi guru

kabut pagi di gurun pasir

desert fog5Pagi ini terasa berbeda dengan pagi sebelumnya, tak biasanya di gurun pasir ini saya menemukan ada kabut tebal di pagi hari,  kabut yg menutupi sebagian pohon2 kurma dan hamparan gurun pasir, Ruwais, Abu Dhabi. Kata seorang teman ini adalah gejala alam biasa menandakan perubahan musim dari musim panas menuju musim dingin. Memang terasa bulan September ini suhu mulai turun tak sepanas bulan2 sebelumnya, dimana bulan  juli agustus puncak musim panas, suhu bisa sampai sekitar 40 derajat di siang hari, tapi saat musim dingin, desember suhu cukup dingin sekitar 10-15 derajat, cukup ekstrim juga perbedaan nya.

Saat melewati jalanan kota Ruwais menuju tempat kerja, kita akan melewati jalan besar lurus dimana di kiri kanan nya bersusun rapih pohon kurma dan di belakangnya menjulang tinggi, pohon2 besar seperti kayu putih yg cukup rimbun, melewatinya kita tak menyangka sedang berada di tengah gurun pasir, padahal di baliknya terhampar gurun pasir coklat luas membentang. Ruwais adalah kota industri yg dibangun oleh ADNOC perusahaan minyak negara, UAE. Rancangan kota nya sangat rapih karena dirancang oleh perancang kota kelas dunia. Setelah hampir 25 tahun berlalu, kota ini bagaikan sepetak taman asri yang hijau di tengah gurun pasir kering, ujung dari empty quarter desert yg berbataskan pantai teluk persia.

Saya kagum juga dengan pemerintah disini yang begitu peduli dengan lingkungan, mereka melakukan usaha besar untuk merubah gurun pasir gersang ini menjadi lingkungan yang hijau dimana banyak pohon ditanam, rumput dan taman2 di berbagai lokasi. Pada setiap pohon kita akan menemukan selang kecil yang akan menyiramkan air secara berkala, begitu pula di lapangan rumput ada semacam selang air yang akan menyiram rerumputan secara berkala. Usaha keras mereka telah berhasil mengubah gurun pasir gersang ini menjadi lingkungan yg hijau dimana tumbuh banyak pohon2 rimbun, rerumputan hijau dan taman2,padahal melihat kondisi alam nya akan sulit sekali tanaman tumbuh subur disini. Suasana lingkungan hijau seperti ini, membuat saya yang sebelumnya tinggal di Bandung dan Bukittinggi tak merasa asing karenanya ( btw, ingat Bandung kota kembang, saya jadi malah malu jadinya, karena hijau dan kerapihannya tak lebih baik dari kota di gurun pasir ini). Di negeri gurun pasir ini tanaman sangat dihargai, sebagai contoh bila kita menabrak sebatang pohon di pinggir jalan, kita akan kena denda besar, yg bisa jadi lebih besar daripada harga mobil kita sendiri.

Padahal kondisi alamnya kering, tanahnya keras dan jarang hujan, jauh beda sekali dengan kondisi alam Indonesia, dimana kata salah satu syair lagu koes plus, bagaikan tanah surga, dimana cukup dengan menancapkan tongkat kayu akan jadi tanaman. Tapi entah kenapa di negeri kita yg dikarunia tanah yg subur alam yg indah, malah kita sendiri yg membuat kerusakan alam, pohon2 ditebangi, hutan digunduli, airnya dicemari, kita seperti tak bisa mensyukuri alam yg subur gemah ripah loh jinawi tsb.

Di pagi hari saat pergi kerja naik bis perusahaan saya melewati jalanan yang hijau tersebut, saat kabut pagi menutupi pemandangan, kita seolah sedang melewati lorong putih. Mengingatkan saya pada suasana yg sama saat melintasi kabut tebal di jalanan berliku pegunungan Malabar, pangalengan, Bandung selatan, tempat saya pernah bekerja beberapa tahun lamanya disana. Saat duduk di kendaraan melihat pemandangan tersebut, lamunan saya jadi jauh terbang sampai ke seberang ujung dunia sana

Setelah melintasi jalanan penuh taman tersebut, kemudian kita akan sampai ke jalan raya di gurun pasir, ketika melintasi jalanan tersebut kabut pagi mulai tersingkap oleh mentari pagi, saya agak kaget karena menemukan pemandangan yg berbeda di luar jendela, yang tampak adalah hamparan hijau kebun teh Malabar, berlatarkan gunung wayang windu, Pangalengan, bukan nya hamparan datar gurun pasir yg coklat membentang. Tambah kaget lagi ketika melihat dibalik keindahan alam dataran tinggi bandung selatan tersebut, terlihat banyak rumah2 penduduk yg porak poranda , begitu pula bangunan sekolah,pasar, mesjid, banyak pula yg mengalami kerusakan. Gempa besar yang mengguncangkan beberapa daerah di jawa barat, sampai pula ke Pangalengan.

Tampak pula di lapangan2 orang mendirikan tenda2 sementara, di pinggir jalan saya melihat wajah2 yg pernah akrab selama ini. Saya pun turun dari kendaraan dan menyapa seorang yg saya kenal, pak Rahmat , “kumaha kabarna pak Rahmat, parah juga keadaan nya nih, gemana apakah ada rekan2 kita yg terkena musibah juga ? yah, ndra beginilah keadaan nya setelah gempa besar beberapa hari yg lalu, banyak rumah rekan2 pekerja yang tinggal di Pangalengan mengalami kerusakan berat, kata beliau. Karena hal tersebut, sampai saat ini banyak pula pekerja yg tak masuk kerja karenanya. Orang2 sibuk mengurus keperluan keluarganya, yang sebagian saat ini tinggal di tenda2 penampungan dengan segala keterbatasan nya.

Tak semua saya ingat lagi satu persatu mereka, tapi mereka  orang2 lapangan yg selama ini akrab dengan saya , saat bekerja di wayang windu geothermal dulu. Kerjaan saya yang banyak pergi ke lapangan, membuat saya banyak bertemu dan akrab dengan para pekerja di kalangan bawah, termasuk dg para petani kentang atau sekedar penyabit rumput yang banyak ditemui saat dulu sering berkeliling ke sumur2 panas bumi di seputaran gunung wayang windu. Saya jadi teringat lagi dengan mereka, terbayang berat juga penderitaan mereka saat ini.

Dataran tinggi pangalengan, cuacanya cukup dingin, saya bisa membayangkan bagaimana dinginnya tinggal di tenda penampungan. Dulu saat tinggal disana, walau di rumah sekalipun dingin sangat menusuk tulang  di malam hari. Apalagi saat sahur dini hari, suhu bisa sekitar 10-12 derajat, dulu masih ingat disana, betapa beratnya bangun sahur utk puasa, karena dinginnya, sampai gigi pun bergemeretuk saat makan sahur karena dingin nya, betapa dinginnya cuaca bila makan sahur di dalam tenda penampungan. Itu hanya sekedar gambaran untuk makan sahur, belum lagi masalah2 keperluan sehari2 lainnya. Jadi bisa terbayangkan betapa beratnya kondisi mereka yg ditimpa bencana saat2 bulan ramadhan ini.

Melihat itu semua, membuat hati ini jadi pilu juga, kabut pagi pun terasa berubah menjadi mendung yg kelam karena nya. Betapa alam yang indah dengan hamparan kebun teh hijau nya, bukit2 dan pegunungan yang saling menutupi, udaranya yg sejuk, ternyata saat ini penduduknya mengalami bencana alam. Bencana alam seperti gempa bumi, adalah rahasia alam yang tak mudah untuk dipahami, Tuhan Maha Bijaksana dengan segala kehendaknya.

Hal sederhana yang nyata bagi kita ialah bahwa kesusahan hidup yang menimpa penduduk di suatu tempat, adalah juga sebuah moment bagi kita untuk saling tolong menolong. Orang yg diberi kelapangan membantu mereka yang kesulitan, orang2 yg mendapat kelebihan rizki membantu mereka2 yang mengalami  kekurangan materi, itulah kewajiban kita sebagai sesama manusia untuk tolong menolong. Syukurlah telah banyak pula orang2 yg memberikan bantuan. Membantu orang yg kesusahan dalam berbagai bentuk adalah amal yg mulia, apalagi di bulan ramadhan yg mulia ini. Rekan2  sekalian marilah kita bantu mereka, dengan apa yg kita bisa, lho kok, tiba2 saya jadi bagaikan seorang  penceramah gini…

Tiba2 tubuh ini rasa terguncang,  “Mahendra..mahendra , please wake up”, ternyata si Prakash, engineer dari India yg duduk di sebelah saya membangunkan saya, karena kendaraan telah hampir sampai ke lokasi kerja. Hmmmhh, ternyata saya terbawa mimpi saat naik kendaraan ke kantor saat melewati jalanan berkabut tadi, terbawa mimpi sampai ke dataran tinggi pangalengan, bandung selatan, yang berada jauh di seberang samudra sana. Cuaca sejuk di pagi bulan puasa ini membuat saya tertidur di kendaraan menuju tempat kerja.

( note : org2 india di tempat kerja, lebih senang memanggil sy dg mahendra, sebuah nama yg akrab bagi org2 india, kalau org2 arab beda lagi, mereka lebih suka memanggil dg nama belakang saya, messa yg dipelesetkan oleh mereka menjadi musa )

Sambil berjalan ke ruang kerja, saya jadi termenung mengingat mimpi sekejab saya tadi, kabut pagi yg membawa ingatan terbang jauh sampai ke Indonesia, negeri yang kata seorang teman kerja dari Finlandia , adalah negeri indah yang seperti akrab dengan bencana. Saya hanya bilang, yah begitulah, negeri ku, tanah air tercinta yg walau bagaimana pun keadaannya, adalah tetap tanah air ku.

Bencana alam, adalah juga sebuah rahasia alam, yang susah juga untuk dipahami, sebuah misteri seperti kabut yang menutupi pemandangan kita.Saya hanya meyakini pasti ada suatu hikmah kebaikan tersembunyi di balik ini semua. Tuhan Maha Bijaksana dengan kehendak Nya.

Mungkin juga untuk menyadarkan kita semua, betapa hidup di dunia ini hanya sementara, tidak kekal abadi. Sekokoh apapun bangunan yg dibuat oleh manusia, suatu saat akan rubuh pula, sekuat apapun seorang manusia, tetap ia adalah makhluk yang lemah menghadapi alam ini.Sekuat dan sehebat apapun seorang manusia, ia tak kan kuasa melawan kematian. Sebesar apapun hati ini cinta kita pada sesuatu ( manusia,tempat, alam, materi dll ) suatu saat akan ditinggalkan pula. Amal kebaikan, seperti menolong sesama manusia, kebeningan jiwa  dan berbagai kebaikan dan  nilai positif lainnya akan lebih kokoh dan abadi, dibanding materi duniawi.

Marilah kita bantu meringankan beban sesama manusia yang ditimpa kesulitan, dengan segala apa yg kita bisa. Amal kebaikan membantu sesama manusia adalah amal mulia, seperti amal jariyah yang akan terus tercatat di atas langit sana…

al hadits ;

tiap perbuatan baik adalah sedekah ( HR Baihaqi )

Dari Abu Hurairah RA, bahwa sesungguhnya Rasulullah SAW, telah bersabda : Bila seorang hamba telah meninggal, segala amalnya terputus, kecuali tiga hal : sedekah/amal jariyah , ilmu yang bermanfaat atau anak shalih yang mendoakannya  (HR. Bukhari ).

teriring duka cita yang mendalam, utk korban bencana alam di Jawa Barat dan di berbagai tempat lain nya di tanah air tercinta

30 comments on “kabut pagi di gurun pasir

  1. Fadli
    09/09/2009

    Haduhhh…. sebut2 gunung malabar…
    jadi rindu tanah air 😥

    Fadli , Dubai

    • hdmessa
      09/09/2009

      punten atuh,

      nggak apa2 skali2 refresh di gurun pasir

  2. Aep
    09/09/2009

    Mimpi yang kembali mengingatkan kita, betapa kuasanya Allah mengatur nasib mahluknya.

    Mari kita sama-sama bantu penderitaan sesama kita yang terkena musibah, setidak-tidaknya ikut mendoakan mereka….

    Aep SAR, Bandung

  3. Soni
    09/09/2009

    di kira teh abu dhabi mah panas terus……rupanya ada kabut juga …..dingin donk…

    Sonita, Jogja

    • hdmessa
      09/09/2009

      leres teh Soni, saya juga baru tahu disini

  4. Ricky
    09/09/2009

    uda…… masa gurun pasir mau dibandingin ama pangalengan?? Xixixixi

    Ricky, bekasi

    • hdmessa
      09/09/2009

      kang Ricky, bumi milik Allah, kajeun dimana mana oge
      jadi tak mustahil suasana pangalengan sampai oge kadieu…he…he…

      nya yeuh sok kaingetan wae, sesah hilapna

  5. Abu Rayhan
    09/09/2009

    wah…itulah ajaibnya mimpi yg bs mengantar manusia pd suasana yg tak diduganya…
    mgkn itu jalan dr Allah utk menyadarkan kita pd sebuah bencana yg hrs dibantu.

    Slmt puasa Ndra

    Abu Rayhan, Banda Aceh

    • hdmessa
      09/09/2009

      betul Hasan,
      kita tak boleh lupa utk selalu membantu sesama manusia

  6. Syam
    09/09/2009

    Ndra, siapa kandidat yg akan menampung dan menyalurkan dana alumni WW?

    Syamsudin Pontoh,
    Chevron -Duri, Riau

  7. hdmessa
    09/09/2009

    pak Syam, teman2 IKMS WW ada yg mengkoordinir nya , sumbangan utk korban gempa di pangalengan, bisa disampaikan ke rekening berikut ;

    Bank mandiri
    atas nama : Yulianto / r nurul damayanti
    no. rek. 128 00 0416834 7
    BankMandiri cabang Pamulang- Jakarta

    BCA ,
    atas nama : Ahmad Luthfi m
    no rek 0080 833 440,
    BCA cabang Bandung ( kantor cabang utama)

  8. Budiman
    10/09/2009

    Awal2 kedatangan mlam lailatul qadar ?

    Budiman,
    sukabumi

    • hdmessa
      10/09/2009

      bisa jadi krn kebetulan memang ini saat 10 hari terakhir ramadhan,
      tapi gejala tsb selalu terjadi saat pergantian musim

      salam

  9. An Usman
    10/09/2009

    Banyak hal yang membuat kita selalu diminta untuk merenung. Bencana silih berganti dari satu tempat ke tempat yang lain. dari satu waktu kewaktu yang lain. Tapi kita masih sulit untuk memahami dan mengamalkan apa yang telah diturunkan Allah.
    Bagaimana qorun yang diberi keberkahan oleh Allah dengan harta yang banyak tetapi dia mati terkubur dengan hartanya tersebut, padahal banyak sekali orang yang mengimpikan sebagian kecil dari harta tersebut untuk kebahagian dunia dan akhirat.
    Sepertinya kita, banyak kita temukan keindahan, tatalaksana, kekeluargaan adat istiadat kita, ketika kita jauh berada dari kampung halaman.
    Betapa Indahnya Indonesia bagi orang Asing/orang indonesia di luar negri, negara bagai impian syurga. Tapi sementara kita yang tinggal disini malah tidak peduli bahkan sebagian lagi merusaknya.
    Orang yang tak punya berusaha untuk punya( seperti pemerintahan uea menginginkan kesejukan, kenyamanan di gurun pasir) sementara kita taman-taman berubah jadi pohon-pohon beton

    An Usman

    • hdmessa
      10/09/2009

      terima kasih An,
      memang banyak hal yg harus jadi pelajaran bagi kita dan mau merubah sikap kita yg kurang baik

      salam

  10. Deti
    10/09/2009

    Miris sekali melihat saudara-saudara kita yang terpaksa harus tinggal di tenda pengungsian, melawan dinginnya udara pangalengan yang menembus hingga ke sumsum tulang, apalagi anak anak kecil dan balita…

    Subhanallah. Terima kasih pada semua yang berkenan memberikan pertolongan. Penderitaan mereka adalah ladang amal bagi kita.

    Deti
    Bandung

  11. hdmessa
    10/09/2009

    terima kasih teh Deti,
    gemana ada sempat ke sana juga ?
    mungkin banyak juga, karyawan PTPN VIII yg terkena musibah tsb ?

    salam

  12. Idris Talu
    11/09/2009

    Sanak Hendra,

    Tulisan yang tulus begini akan terus dibaca orang walau pun setelah kita tiada di dunia ini. Allah jadikan kita manusia yang umurnya relatif pendek walau pun kita bandingkan dengan kura-kura (a kind of river turtle) yang kecil itu.

    Amatlah ruginya kita kalau kita habiskan hayat kita yang pendek itu kepada perkara yang tidak membawa faedah kepada peradaban manusia.

    Teruskan menulis, saya cukup senang membacanya.

    Idris Talu , Malaysia
    http://idristalu.blogspot.com/

    • hdmessa
      11/09/2009

      terima kasih ,
      mamak Idris Talu
      atas apresiasi dan nasihat nya

      syukurlah ada manfaatnya tulisan ini,

      betul skali, smua ini saya niatkan demi kebaikan ,
      lillahi ta ála , mudah2an bisa jadi amal jariyah juga

      salam

  13. Nino
    11/09/2009

    Oh Pak Hendra Messa ini dulu dari MNL rupanya?
    Ini cerita di pengalengan ya pak, he he he

    Saya dulu juga di Unocal kerja tandem sama Pak Asep Setiawan / Deanna Allen yang pegang MNL.

    Salam kenal Pak Hendra,

    Nino Kusnedi,
    Dubai

    • hdmessa
      11/09/2009

      betul pak Nino,
      salam kenal juga, senang skali bertemu di dunia maya ini dg pak Nino, sesama “orang gunung” yg mengembara ke gurun pasir.

      sy ingin berbagi cerita mengenai Pangalengan, tempat kita dulu mendapat rizki, yg saat ini ditimpa musibah

      salam

  14. Lia
    11/09/2009

    Ya, dulu tiap kali mengunjungi nenek di pangalengan senang sekali rasanya, melihat pemandangan kebun teh yg begitu indah.

    Namun saat pekan kemarin berkunjung kesana bersama beberapa tim medis, pangalengan menjadi terasa banget mencekam. Semoga masyarakat disana diberi kekuatan oleh Allah untuk dapat survive kembali. Amin

    Lia Andiyani
    Bandung

    • hdmessa
      11/09/2009

      syukurlah sempat menengok ke pangalengan,

      mari kita doakan mereka yg ditimpa musibah tsb

      salam

  15. Iftikar
    12/09/2009

    Assalamualaikum Hen.
    Alhamdulillah satu lagi laporan perjalanan sang pengembara saya baca. Menarik. Diantaranya tentang bagaimana mereka (UAE dan negara-negara timur tengah lainnya, saya kira) bersusah payah menghijaukan tempat mereka hidup, dan kita di tanah air dengan “ikhlasnya” membiarkan pohon demi pohon dibabat tanpa pengganti, hektar demi hektar diratakan menjadi kerontang. Ada terasa sikap tak bersyukur, ada juga sepertinya, indikasi kebodohan.

    Mungkin agak lucu, atau memang lucu karena yang mengatakannya adalah …. (punten lupa namanya. Hendra pasti tahu itu pemilik pabrik jamu di semarang yang punya musium rekor Muri), yang suka berbicara tentang kelirumologi. Dikatakannya : “di Paris kalau sebatang pohon ada yang menebang, seluruh negeri gempar mengutuknya.” Katanya lebih lanjut : “di Indonesia, ada seribu pohon ditebang serampangan, tidak satupun mempersoalkannya. .. Saya lupa itu dikemukakannya apakah dalam rangka ditebangnya puluhan (atau ratusan ?) pohon-pohon besar kokoh tua sepanjang jalan antara Cianjur dan Sukabumi demi pelebaran jalan, atau hal yg lain nya……. Ada kesan kurang menghargai lingkungan.

    Betul Hen, sakumaha gorengna Indonesia adalah tanah air kita. Kata orang Sunda tea mah : buruk-buruk, papan jati. Meskipun keropos kayu itu, tetap harus diperlakukan seperti jati. He he he deui wae…. Tapi kalau tak salah agamawan dan pejuang Mesir Muhammad Abduh pernah berseru ketika memperjuangkan kemerdekaan negaranya dari Inggris : “Right or wrong my country”.

    Kumaha saum di gurun pasir teh ? Indonesia mah insya Allah boboran ping 20 september tanpa ada dua lebaran. Mudah2an, meski diselang dengan “gempa Tasik” ramadhan ini banyak berkahnya bagi siapapun.

    Wilujeng saum,

    Iftikar Sutalaksana ,
    dosen ITB, Bandung

    • hdmessa
      12/09/2009

      wa alaikum salam pak Ifti,
      nuhun , syukur atuh coretan carita perjalanan ieu tiasa manfaat jg. Mudah2an kita2 di Indonesia bisa lebih menghargai lingkungan. ( tapi entah kapan mulai sadarnya ? )

      tapi ya, spt kata pak Ifti, walau bagaimana pun itulah tanah air kita bersama.

      alhamdulillah nikmat jg saum di negeri gurun pasir ini walau cuaca panas, lebaran sama tgl 20 sept.

      yg beda disini dg di Indonesia, krn idul fitri biasa sj tak ada perayaan khusus, jadi spuluh hari terakhir org2 malah tambah banyak ibadah di mesjid, beda dg di Indonesia dimana biasanya 10 hari terakhir malah sibuk dg urusan2 mempersiapkan perayaan idul fitri, belanja , mudik dll, sehingga ibadah agak kedodoran, padahal katanya 10 hari terakhir ramadhan, adalah saat2 yg sangat baik utk ibadah

      salam ka sadayana

  16. Blog anda OK dan unik Banget!. Submit tulisan anda di Kombes.Com Bookmarking, Agar member kami vote tulisan anda. Silakan submit/publish disini : http://bookmarking.kombes.com Semoga bisa lebih mempopulerkan blog/tulisan anda!

    Kami akan sangat berterima kasih jika teman blogger memberikan sedikit review/tulisan tentang Kombes.Com Bookmarking pada blog ini.

    Salam hormat
    http://kombes.Com

  17. hdmessa
    16/09/2009

    terima kasih atas apresiasi nya,

    baik, sy akan coba submit tulisan ke sana

    salam

  18. Joni Balbo
    26/09/2009

    membaca cerita2 Anda.. serasa mengikuti petualangan yang mengagumkan. salam kenal

  19. hdmessa
    27/09/2009

    terima kasih ,

    syukurlah sedikit cerita perjalanan ini membawa manfaat pula

    salam

Leave a reply to hdmessa Cancel reply

Information

This entry was posted on 09/09/2009 by in journey inspiration.