Inspiring points

Reflective story from journey of life , Alam terkembang jadi guru

kisah murid perguruan gajah depa & cacing cau

Syahdan, dari kampung kecil yg asri di lereng gunung wayang , 2 kakak beradik anak pak carik desa, turun gunung menuntut elmu ke negeri lembah gumanti. Si sulung yg memang lebih pintar bisa masuk ke perguruan gajah depa yang telah terkenal ke seantero penjuru negeri , walau ujian masuk nya ketat, ia berhasil lulus pula. Sedangkan si bungsu yg memang  kemampuan nalar nya biasa2 saja, akhirnya ia hanya bisa masuk ke perguruan cacing cau. Seolah2 sudah seperti pintu gerbang ke nasib hidup selanjutnya, kata orang banyak, orang akan berhasil hidupnya setelah keluar dari perguruan gajah depa dan kalau lulus dari perguruan cacing cau, biasanya hanya jadi orang biasa2 sajah.

Karena sering dipuji2 orang, si sulung dan teman2 nya di perguruan gajah depa, jadi sombong pula karena nya, namun si bungsu yg sekolah di perguruan cacing cau, tak merasa rendah diri pula, walau sering di olok2 oleh teman kakaknya kalau bertemu di jalan, justru karena itu si bungsu jadi org yg penyabar dan rendah hati.

Setelah lulus dari perguruan gajah depa, memang si sulung sudah seperti suratan takdirnya, mendapatkan kehidupan yg baik, ia bekerja sebagai juru tera negeri yg diakui org banyak, para mertua pun berlomba agar ia jadi menantunya. seperti cerita dongeng biasanya, ia hidup senang, jadi orang kaya, punya istri cantik dan kedudukan yg tinggi di ibukota negeri

sebaliknya si bungsu, hanya jadi pegawai rendahan  di kampung lemah nendeut, sampai dapat istri si neng anak guru madrasah tak jauh dari tempat kerja nya. walau sederhana hidup di kampung, si bungsu tampak bahagia, istrinya seorang  wanita desa yg solehah dan hidup sederhana, anak2nya biasa main ke sekitar kebun dan sawah  ladang sebagaimana ia masa kecil dulu di kampungnya.  Walau berasal dari satu keluarga, kakak beradik  ini memiliki takdir jalan hidup yg berbeda jauh.

Sampai suatu waktu si bungsu kaget mendapat berita bahwa kakak sulung nya, terkena perkara hukum dan masuk ke dalam bui. Si bungsu pun pergi ke ibukota menyilau kakaknya.

wahai kakak ku, mengapa sampai terjadi seperti ini, kenapa ini semua, padahal sy dan juga keluarga besar kita bangga punya kakak yg jadi org kaya dan berkedudukan di ibukota negeri ini

wahai adikku, ternyata perjalanan nasib manusia tak sesederhana perkiraan kita, mengalir jernih seperti air sungai cikalong di tepi hutan, dimana kita suka mandi waktu kecil dulu, tapi penuh lika liku dan onak berduri seperti bukit siguntang tempat paman suka mengajak kita berburu dulu.

Maafkan saya dulu suka mengejek dan merendahkan perguruan mu yg tak ada apa2 nya dibanding tempat aku berguru dulu. memang aku dan teman2 ku bisa berhasil dalam hidup selepas dari sana, namun hanya kehidupan dunia yg semu. Karena punya kedudukan dan kekayaan, banyaklah org yg mendekat termasuk para wanita yg suka menggoda karena mengharap uang belaka, akupun terjebak. ternyata ia wanita yg rakus, sehingga aku pun terpaksa mencari uang tambahan, akhirnya uang orang lain sampai uang negara pun aku tilep (korupsi). kau tahu kan aku orang pintar, itu semua bisa ku bungkus dg rapih, tak ada yg tahu. Aku tetap orang terhormat, suami yg baik dan sekali2 nyumbang juga untuk sosial supaya kelihatan jadi org baik. Namun sepandai2 tupai melompat akhirnya terjatuh juga,  singkat cerita sampailah aku ke bui ini.

Sekarang aku baru menyesal karena semuanya telah sirna, istri ku minta cerai, anak2 ku berantakan kelakuan nya, yg satu kena kecanduan madat, yg satu lagi anak gadis hamil di luar nikah, rumah dan harta kekayaan ku habis, disita oleh pengadilan sebagai ganti rugi kasus korupsi ku, yah habislah sudah semuanya…

hmm, si bungsu menyela, berarti benar pula kata guru ngaji kita dulu, kalau kita dapat harta dari jalan yg haram maka akan tidak berkah pula harta, tidak membawa kebaikan, mudah habis, kalau anak istri diberi makanan dari  harta yg haram, maka kelakuan nya pun akan buruk pula. Hakikatnya kebangggaan dunia ini; harta, tahta, wanita hanyalah semu belaka, padahal itulah yg banyak dikejar orang, sungguh menyedihkan org2 yg mengejar bayang2 semu belaka. Masih ingat kan kakak, dg perkataan  guru ngaji kita dulu, “harta dunia yg paling berharga ialah wanita solihah”

wahai kakak ku, sedih sekali mendengar cerita mu ini, tapi aku jadi ingin bertanya, bukan kah perguruan gajah depa adalah kawah candradimuka terbaik di negeri ini, dan anak2 yg belajar disana, org2 pilihan pula, bagaimana jalan nasibnya bisa spt mu kakak ku ?

si sulung berkata, wahai adik ku, aku mulai sadar, benar2 kami org2 pintar, tapi itu kan hanya otak, baik atau jelek kelakuan itu adalah urusan hati, di perguruan ku dulu, hanya otak belaka yg diasah, hati dibiarkan berlari kemana angin berlalu, tapi bagaimana pula cerita di perguruan tempatmu belajar dulu ?

tempatku belajar, hanyalah perguruan rendahan, namun aku bersyukur punya seorang guru besar yg bijak, ia berkata, ilmu tak sebatas sekolah tapi seluas alam ini, alam terkembang jadi guru katanya.

justru aku jadi banyak belajar dari realita kehidupan sehari yg ternyata lebih bernilai pelajaran nya. Jalan nasib kehidupan kita berdua yg seperti bersimpang jauh, walau kita dulu berawal dari titik yg sama, adalah pelajaran berharga pula.  Walau jalan hidup telah menyimpang tapi masih ada waktu untuk memperbaikinya, karena keberhasilan hidup seorang manusia, hakikatnya ialah bagaimana ia di akhir perjalanan hidup nya, apakah ia berakhir dg kebaikan ( husnul khotimah ) atau berakhir dg keburukan, suul khotimah. Kakak ku, masih ada waktu utk memperbaiki diri selama hayat masih dikandung badan, pintu taubat masih terbuka, kasih sayang Allah swt masih terbentang, semoga kita semua mendapatkan husnul khotimah, akhir hidup yg penuh kebaikan.

22 comments on “kisah murid perguruan gajah depa & cacing cau

  1. ridha
    26/04/2011

    subhanallah kang…betul sekali ceritanya. Manstap…Alam terkembang jadi guru

  2. hdmessa
    26/04/2011

    sama2,
    terima kasih koment nya, Ridha

  3. Nano
    26/04/2011

    Wah kang Hendra makin berkibar saja jadi blogger, saya hanya ada beberapa pertanyaan:

    – itu alumni perguruan gajah di dalam cerita terjebak wanita terus minta duit dlsb. Dalam kenyataannya tanpa wanita pun godaan konsumtif sudah banyak. Godaan wanita mah kecil kang 😛
    Kasus kartu kredit akhir2 ini sudah menunjukkan itu. Rayuan bank untuk menggunakan kartu kredit sangat berapi2 bahkan di mall2. Bank2 dan perkreditan enggan memutar uangnya di sektor riil, malah tertarik ke pembiayaan ini. Adira untung berapa dari skema pembiayaan? Barangkali akang dan teteh yang orang perbankan lebih tahu.

    Tapi yang jelas, konsumsi berlebihan, keinginan hidup mewah melampaui hidup zuhud atau asketis, sudah di depan mata. Konsumsi berlebihan diimingi dengan utang yang akhirnya menjerat.

    – penilaian saya sekarang PTN tidak elit lagi. Pengalaman saya memberikan kuliah tamu di almamater sy menunjukkan kekecewaan betapa kualitas berbeda jauh. Tentu bukan salah dosennya karena mereka juga dibebani macam2 termasuk harus “tidak mempersulit” kelulusan.

    Saya dulu bukan termasuk mahasiswa pintar, malah mungkin IP saya “menengah ke bawah”, tapi hanya dengan modal itu saya bisa sampai jadi Senior Engineer di Jerman. Ketika saya membawakan kuliah tamu, betapa kecewanya sy karena sebagian mahasiswa sekarang tidak lagi tahu ilmu-lmu dasar yang setengah mati kami pelajari dulu… Bahkan mereka tidak lagi berminat ngoprek peralatan. Hanya sedikit yang mau bersusah payah berpikir sedikit lebih luas. Kondisi berbahaya adalah jika alumni baru berpikir bahwa ijazah bercap gajah sudah jaminan hidup enak dan kerja mudah. Padahal sekarang zaman global, saingannya sudah tingkat ASEAN bahkan global. Kang Hendra sendiri malah levelnya sudah internasional 🙂

    – apa keunggulan jadi alumni gajah? Katanya networking? Tidak selalu. Saya malah lebih menikmati jadi alumni pesantren masjid atap rata. Kenapa? Karena ada nilai2 dasar yang masih sama. Ada frekwensi yang masih bisa disambung. Kalau sampai perang kata2 itu juga karena memperdebatkan nilai. Kita membicarakan realitas, boleh jadi realitas tidak selalu sama dengan hal-hal ideal, tetapi harus ada kompas yang menunjukkan arah.

    Wassalaam,
    Nano

    • hdmessa
      27/04/2011

      Terima kasih komentar dan pertanyaan nya mas Nano, baik akan saya coba jawab satu persatu ;

      Contoh kasus tsb, (wanita) hanya sekedar contoh saja yg jadi penyebab dan memang banyak hal2 lain yg mendorong perilaku negative tsb dan sikap konsumtif adalah salah satu penyebab nya juga.

      Terima kasih mas Nano, update kondisi terakhir perguruan tinggi saat ini, sungguh menyedihkan, berarti tambah parah juga kualitas hasil nya kelak.

      Cerita tersebut hanyalah kisah imaginative untuk bahan pelajaran kita semua, tak selalu sama dg realita yg terjadi. Dalam realita mungkin hanya sebagian kecil saja yg jalan hidupnya menyimpang spt itu, sebagian besar masih menapaki jalan yg lurus dan jadi orang berhasil.

      Wassalam

  4. Saiful
    27/04/2011

    Perbedaan ini sepertinya bukan akibat perbedaan hasil produk antar dua perguruan.

    Tapi pada keahlian para lulusan dalam memilih pasangan hidup ?

    Salam,
    Saiful H.
    Balikpapan

  5. hdmessa
    27/04/2011

    He..he..he.., menarik juga bang Saiful kesimpulan nya,

    Tapi memang pasangan hidup yg menjadi partner kita dalam menempuh perjalanan hidup sangat menentukan bagaimana kualitas cerita dari perjalanan tsb,

    dan pasangan yg baik adalah asset yg berharga sebagaimana dinyatakan dalam hadits nabi riwayat Muslim , “Harta yang paling berharga di dunia adalah wanita yang solehah.”

    Salam

  6. enuduaka
    27/04/2011

    seru ceritanya.
    setuju sekali dengan kualitas mahasiswa perguruan gajah yg smakin memburuk dan banyak yg sombong ketika sdh berbekal ijazah cap gajah!. tp tidak smua alumni perg. Gadjah begitu kan. tergantung orangnya. berguru dimana pun sama saja asal hati tetap dijaga.

    • hdmessa
      27/04/2011

      terima kasih komentar nya rekan Enu,

      ini hanya cerita imajiner, klu ada kemiripan kebetulan saja, intinya utk jadi bahan pelajaran.
      dan memang tak smuanya spt itu karakter dan jalan hidup nya, mungkin hanya sebagian kecil saja.

      betul, mudah2an hati kita selalu bersih dan terjaga

      salam

  7. Rohim
    27/04/2011

    Kang Hendra,

    Saya suka beginning cerita ini, membawa jiwa saya berkelana di hijaunya gunung wayang, yang saya do not know ada di mana, indahnya lembah Gumanti penuh dengan kicauan burung di pagi hari yang juga entah di mana, betapa damainya perguruan Gajah Depa and Cacing Cau (ulet pisang?) berdiri di kelilingi gunung dan lembah, amboi…amboi…jadi pengin kesana.

    Naturally kita selalu berpihak pada yang lemah, dalam hal ini si bungsu. Gembira rasanya melihat si bungsu hidup damai sederhana bersama sang istri.

    Bagus ceritanya, bravo deh buat kang Hendra. Lain kali tolong diperbanyak porsi gambaran gunung Wayang dan lembah Gumanti nya, biar jiwa ini terobati akan kerinduan lazuardi hijau keindahan nusantara.

    Salam
    Cak Rohim,
    gurun pasir ruwais

    • hdmessa
      27/04/2011

      sama2 cak Rohim ,
      terima kasih komentarnya

      semoga bisa merasakan kesejukan dan keindahan hijaunya alam nusantara, walau di tengah negeri gurun pasir sekalipun

      salam

  8. Bagja
    27/04/2011

    “harta dunia yg paling berharga ialah wanita solihah”

    Seperti yang Bung Haji Rhoma Irama katakan:

    “namuuuunn yang paaaaling indaaahhhh diantaraa aa..aaa semuaaaa, hanya isteri salehaaaaaa”
    syalala..
    dst

    topmanghendrabeibeh!

    Akang bagja

    • hdmessa
      27/04/2011

      hatur nuhun kang Bagja,

      betul, itu adalah salah satu hikmah dari cerita ini

      btw, hapal sekali lagu bang Rhoma tsb..:-))

      salam

  9. Asep
    27/04/2011

    Ndra, cacing cau teh, yang suka dipakai untuk mancing tea kan ?

    Asep Abu

    • hdmessa
      27/04/2011

      betul skali kang Asep, cacing yg bagus utk mancing ikan.

      dalam sastra sunda, cacing cau ( cacing di dekat pohon pisan) melambangkan ttg makhluk yg lemah dan rendah, sehingga suka ada ungkapan, spt “maneh mah ngeun saukur cacing cau”
      ( kamu hanya level rendahan )

      salam

  10. iinparlina
    27/04/2011

    Assalaamu’alaykum wr wb. tertarik untuk berkomentar.. namun mohon maaf sebelumnya,
    Saya kira, saya sepakat dengan pernyataan komentar Pak Saiful bahwa “Perbedaan ini sepertinya bukan akibat perbedaan hasil produk antar dua perguruan”. karena saya masih percaya, masih banyak alumnus Gajah Depa yang masih bersih hati dan pikirannya, masih banyak pejuang Islam yang menjadi output dari perguruan gajah depa…masih banyak para alumnus gajah depa yang masih bertahan dengan idealismenya.. jadi intinya ini adalah pilihan hidup, yang akan ditanggung sendiri konsekuensinya dan tidak bisa kita salahkan pada almamater kita masing-masing..

    itu saja, terima kasih sebelumnya

    • hdmessa
      27/04/2011

      wa alaikum salam,
      terima kasih komentar nya bu Iin,

      cerita ini hanya sekedar cerita imajiner yg mungkin saja spt ada kemiripan dg realitas nya, mohon maaf kalau menimbulkan image negatif karena nya, saya juga sama alumni gajah depa, spt yg dimaksud ibu Iin tsb.

      kisahnya mungkin ada kemiripan dg sebagian kecil kisah perjalanan hidup sebuah komunitas perguruan dan memang masih banyak yg tak spt itu jalan hidup nya.

      namanya juga cerita imajiner bukan tulisan jurnalisme yg sesuai dg fakta nyata nya. tujuan cerita imajiner lebih pada bagaimana kita bisa mengambil hikmah, mengambil pelajaran dari cerita tsb,

      dari cerita ini saya hanya ingin menyampaikan bahwa kebahagiaan hidup bukanlah semata pada keberhasilan materi duniawi semata, yg suatu saat akan sirna.
      Semoga kita semua dijauhkan dari jalan hidup yg menyimpang dan semoga dimudahkan utk mendapatkan kebahagiaan yg hakiki

      salam hormat

  11. dani setiawan
    29/04/2011

    aswrwb kang hendra, ceritanya penuh hikmah, semoga kita terhindar dari ‘keberhasilan semu’

  12. hdmessa
    29/04/2011

    wa alaikum salam ,
    nuhun komentar dan doa nya, kang Dani,
    amien

  13. Wiero Djampang
    30/06/2011

    sangat dimengerti maksud tulisan akang,sebuah pencerahan yang cerdas .

    jempol kang..

  14. hdmessa
    30/06/2011

    sama2, terima kasih

    salam

  15. A3ry
    02/07/2011

    Ya …. cerita ini juga menginspirasi saya dalam berkomunkasi dengan anak2. Apalagi setelah melihatnya jauh dari tanah air. Sekolah yg paling penting adalah ketika kita terjun dalam kehidupan. Bukan yg duduk dan dibatasi dinding.
    Ijazah dengan logo gajah duduk tak berarti banyak bila ilmu yg di dapat dari hidup dan kehidupan setelah lepas dari kampus mentereng tak mumpuni.

    • hdmessa
      03/07/2011

      thanks pak Ery,
      syukur memberi manfaat tulisan ini

      salam

Leave a reply to iinparlina Cancel reply

Information

This entry was posted on 24/06/2011 by in Inspiration story.