Inspiring points

Reflective story from journey of life , Alam terkembang jadi guru

Filsafat pendidikan, antara membangun logika dan kecepatan menyelesaikan masalah

Dalam event gowes bareng alumni berbagai SMAN Bandung dari kampus SMAN3 jalan  Belitung sampai ke kampus SMAN 2 di Jalan Cihampelas. Sambil istirahat di bawah pohon yg rindang di halaman SMAN 2 yg luas tersebut, saya pun ngobrol2 dg para alumni senior tsb, yg berusia antara 60 – 70 tahunan. Saat Kembali ke sekolah sma bertemu dg alumni lain nya, kita seolah membuka Kembali lembaran memori lama.

Seru juga ngobrol2 dg mereka, antara lain cerita ttg Pendidikan di jaman dulu. Salah satu keunggulan sekolah di jln Belitung tsb (SMAN 3 Bandung dan sebelumnya SMAN2 ) yg membuatnya menjadi sekolah yang hebat beberapa dekade lama nya, antara lain  ialah karena faktor guru2 nya yg berdedikasi tinggi, metode mengajar dan ilmu yg mereka dapatkan berdasarkan kurikulum peninggalan jaman belanda dulu.

Dalam mengajar, walau telah ada kurikulum baru, para guru2 senior tsb masih banyak menggunakan bahan ajar dan ujian berdasarkan buku2 lama yg menurut saya kualitas ilmu nya sangat mendalam dibandingkan dg buku2 kurikulum baru. Buku2 lama tsb tak dicetak lagi, sehingga kita pun terpaksa mencari nya ke tempat jual buku bekas ( loak).

Buku2 legendaris tsb antara lain , Aljabar karangan CJ Alder, fisika mekanika karangan Pekelhering & Djiwatampu, Fisika Optik dari Wirajat, Kimia oleh Paperzak. Jadi disamping buku2 kurikulum baru, kita pun harus punya buku2 lama tsb. Saat ujian soal2 dari buku lama tsb yg sering keluar. Soal2 nya tak banyak tapi susah sekali, penuh dg logika yg kuat, sehingga saat bisa menyelesaikan soal tsb, ada semacam rasa kepuasan batin, hal yg tak didapatkan pada saat mengerjakan soal2 dg kurikulum baru yg mengutamakan kecepatan.

Jadi bayangkan ujian matematika aljabar atau fisika mekanika, waktu ujian 1,5 jam tapi hanya 2 soal saja. Ada guru yg unik dalam ujian tsb, jadi ia lebih melihat bagaimana alur logika murid dalam menjawab soal tsb, walau jawaban nya tak tepat, tapi bila alur logika nya benar, ia tetap mendapat nilai.

Prof Dr Maman Jauhari, Profesor Matematika dari ITB, pernah menjelaskan bahwa pada tahun 1980-an terjadi perubahan kiblat kurikulum Pendidikan Matematika, dari model Eropa ( Belanda, Inggris) ke model Amerika. Antara lain karena saat jaman Orba, banyak professor Pendidikan yg belajar ke sekolah Amerika dan juga saat itu banyak program bantuan dari Amerika,  sehingga kurikulum nya pun dimasukan.

Perubahan yg nyata ialah terjadi pola Pendidikan matematika yg bersifat pengembangan logika berpikir spt pelajaran aljabar & geometri ilmu ukur ruang menuju ke arah keahlian menghitung ( Aritmetika dll). Murid lebih diarahkan untuk bisa menghitung cepat dan tepat, dan tak begitu mementingkan pengembangan logika berpikir spt pelajaran aljabar & geometri.

Nah buku2 lama tsb, seperti Aljabar dan ilmu ukur ruang dari CJ Alders , juga ilmu fisika pesawat dari Pekelhering , lebih mengutamakan pengembangan logika berpikir, kreatifitas. Hal tsb tampak jelas pada soal ujian, pada kurikulum lama, soal ujian sedikit saja, jawaban essay, sehingga perlu buat alur jawaban logika yg berurut. Sedangkan soal kurikulum baru  (Aritmetika, cepat menghitung) banyak soal nya dan cepat jawaban nya dg multiple choice ( pilihan ganda)

Hal tsb tampak seperti sederhana saja, tapi sebenarnya ada perubahan mendasar dalam filsafat Pendidikan, Kurikulum lama  (model Belanda) mengutamakan pengembangan logika berpikir, sedangkan kurikulum baru ( model Amerika ) mengutamakan kecepatan berpikir.

Pola baru tsb memang lebih cocok bagi anak murid yg kelak jadi pekerja, karena saat bekerja yg diutamakan ia cepat mengerjakan sesuatu. Itulah yang dibutuhkan oleh Industri mass product ( spt pabrik mobil, elektronik dll) lulusan sekolah yg siap kerja di industri2 mass product tsb. Mereka cepat berpikir, bertindak tapi logika kreatifnya kurang berkembang. Itulah dampak yg bisa kita rasakan sekarang. Lulusan Pendidikan perguruan tinggi hanya ingin jadi pekerja saja, tapi tak kreatif untuk mengembangkan hal di luar pekerjaan. Pada saat lapangan kerja berkurang, maka akan banyak terjadi pengangguran terdidik yg tak kreatif lagi, karena tak dikembangkan logika berpikir nya saat sekolah dulu.

Saya jadi melamun, jangan2 kurikulum baru yg mengutamakan kecepatan menjawab tsb memang dirancang atas pesanan kapitalis global, agar banyak tersedia sumber tenaga kerja untuk industri dan bisnis nya dan pada sisi lain jadi konsumen. Karena pola Pendidikan baru tsb menghasilkan orang yg berpikiran untuk bekerja atau jadi konsumen ( pengguna produk) kapitalis global.

Tidak terbangun logika mendalam dan kreatif untuk bisa mencari berbagai alternatif solusi menghadapi perjuangan hidup ini.

Nah justru kurikulum lama tsb spt terwujud pada buku2 lama peninggalan belanda tsb , lebih membangun logika berpikir anak murid, hal itu lah yg kita butuhkan saat ini, pada saat kebuntuan terjadi orang terlatih utk kreatif mencari berbagai alternatif. Pola Pendidikan dg membangun logika yg mendalam tsb akan menyadarkan juga ttg pemikiran filsafat kehidupan spt pencarian makna kehidupan, apa tujuan hidup ini dan pemaknaan kehidupan lain nya. Hal2 yg tak berkembang pada anak murid hasil Pendidikan saat ini.

Tapi dipikir2 dulu Belanda buat sekolah utk kaum pribumi karena politik etis dulu, selain utk mencerdaskan, tapi juga untuk menyiapkan para tenaga kerja ahli untuk membangun jalan, bendungan, kebun untuk kepentingan penjajah juga seperti pernah dinyatakan oleh Bung Karno setelah ia menyadari nya ketika belajar di TH ( ITB ) dulu. Hmm, mungkin ada benar nya juga, tapi lebih mendingan lah bisa membangun logika berpikir mendalam, filosofis dan menghasilkan para tokoh bangsa yg membawa kemerdekaan bangsa seperti Bung Karno dan Bung Hatta. Mungkin perancang politik etis dulu baru sadar belakangan juga seperti itu dampak nya.

Seru juga ngobrol2 di bawah pohon yg rindang tersebut dan tak terasa waktu pun telah siang, kemudian terdengar azan Zuhur dari masjid sekolah, kita pun menyudahi obrolan tsb, siap2 menyambut panggilan Illahi, Allahu akbar.

Leave a comment

Information

This entry was posted on 18/07/2022 by in Blogroll.