Inspiring points

Reflective story from journey of life , Alam terkembang jadi guru

Menjaga integritas alumni perguruan, belajar dari Binus

Beberapa tahun yg lalu saat di Abu Dhabi saya berkesempatan ngobrol2 dg Pak Prof Harjanto Prabowo, Rektor Universitas Bina Nusantara (Binus), Jakarta. Waktu itu beliau ada kunjungan ke Abu Dhabi, menjelaskan ttg universitasnya pada expat disana. Beliau orangnya bersahaja dan akrab, namun sungguh briliant pemikirannya, awalnya saya tak menyangka beliau seorang rektor. Pak Harjanto bercerita ttg metode Pendidikan di universitas yg dipimpin nya yang menggabungkan kualitas akademis dan pengembangan karakter mahasiswanya. Ada hal yg menarik ttg Binus yang diceritakan nya, bahwa bilamana ada alumni yang terbukti melakukan Tindakan yang melanggar hukum, seperti korupsi, maka akan dicabut gelar akademis nya. Hal ini membuat integritas alumni terjaga dan membangun kepercayaan di tempat kerja. Binus University saat ini menjadi perguruan tinggi swasta terbaik di Indonesia, lulusan nya berkualitas dan di percaya di tempat kerjanya baik di dalam negeri maupun di luar negeri.

Menyimak ceritanya saya jadi teringat juga dg para dokter yang disumpah saat wisuda nya, sumpah integritas dokter yang berlaku seumur hidup, harusnya begitu juga para lulusan bidang lain nya mereka harus memegang janji integritas keilmuan nya setelah lulus.

Teringat juga kisah2 perguruan silat di jaman dulu, seseorang yg telah selesai belajar di sebuah perguruan, memegang tinggi integritas perguruannya menghormati guru besar dan sesama sobat seperguruan. Sampai ada ungkatan “teman seguru se ilmu, jangan saling ganggu”. Dalam kenyataan nya ada saja alumni perguruan yg nakal, mengkhianati teman nya. Bahkan ada murid yang karena merasa sudah tinggi ilmunya, berani menantang duel guru nya sendiri. Murid yg membangkang seperti itu, kemudian dikucilkan tak dianggap lagi sebagai murid perguruan. Biasanya mereka membuat perguruan silat tersendiri, namun kelak dia akan dapat karma juga, dia akan di khianati oleh muridnya sendiri kelak, hukum alam berlaku, siapa berbuat baik akan mendapat kebaikan pula, siapa berbaik buruk, maka keburukan itu akan Kembali pada dirinya.

Menarik sekali bilamana pola yg berlaku di Binus University tersebut berlaku juga di Lembaga Pendidikan lain nya, alumni yang terbukti melanggar integritas, norma dan hukum, mendapatkan juga hukuman social semisal tak diakui lagi sebagai alumni Lembaga Pendidikan tersebut atau sampai dicabut ijazahnya. Maka Lembaga Pendidikan, sekolah, perguruan tinggi, benar2 akan menjadi tempat mencari ilmu dan lulusan nya memang orang2 yg ber ilmu dan memiliki karakter/integritas. Hukum alam akan berlaku, biar masyarakat sendiri yg menilai mana sekolah/perguruan yg terbaik, dilihat dari prestasi atau kegagalan integritas alumninya. Saya masih ingat dulu ada sebuah PTS besar di Bandung yg alumninya terbukti memalsukan ijazah, PTS tsb akhirnya di black list oleh berbagai perusahaan, alumni nya susah cari kerja, akhirnya pamor nya pun jatuh sampai sekarang.

Saya jadi teringat juga sekolah saya dulu yg punya slogan “knowledge is power but character is more”, ilmu adalah kekuatan, tapi karakter perilaku lebih utama. Kalau benar2 diterapkan tegas slogan tersebut, bilamana ada alumni nya yg berperilaku buruk, melanggar norma karakter, seharusnya dicabut juga status alumni nya. Begitu pula misal nya dengan padepokan gajah duduk, bilamana ada alumni nya yg berperilaku melanggar integritas norma, ia akan mendapatkan hukuman sosial juga. Kalau sampai ada “gajah” yg bisa “di-kadal-in”, berarti telah turun pula derajatnya.

Begitulah seharusnya sekolah sebagai lembaga pendidikan, namun dalam kaidah dunia materialism kapitalism saat ini, sekolah hanya tempat pembelajaran, bahkan jadi sekedar pabrik otak, yang menghasilkan tenaga kerja untuk keperluan industri. Urusan integritas, akhlak perilaku cenderung diabaikan dalam kamus dunia materialisme. Kekuatan harta (materi) dan kedudukan ( power) adalah segalanya, semua bisa diperjual beli kan.

Sekolah sebagai sebuah perguruan hakikatnya bukanlah hanya mendidik akal tapi juga membangun karakter murid nya. Sekolah adalah juga pusat kebudayaan, pesan yg selalu terngiang dari guru saya saat di smp dulu. Perkumpulan alumni rekan2 kita sama menuntut ilmu dulu, adalah juga teman kita seumur hidup, persahabatan adalah asset berharga dalam kehidupan ini. Tak diakui sebagai alumni, dikucilkan oleh para sahabat seguru se ilmu, sungguh hukuman sosial menyakitkan.

Sesungguhnya belajar tak hanya di sekolah, dunia kehidupan sehari2 sebenarnya juga adalah “sekolah” tanpa dinding batas. Perjalanan sepanjang kehidupan adalah tempat belajar yang sebenarnya. Marilah jadi pelajar yang baik, belajar dari kesalahan masa lalu, agar kehidupan di masa depan jadi lebih baik.
Waktu pelajaran akan berakhir sampai saat terakhir hayat di kandung badan. Ujian sidang nya adalah pengadilan agung di akhirat kelak di hadapan malaikat yg memiliki catatan hidup kita yg lebih lengkap, lebih canggih daripada “digital foot print”.

Seseorang akan lulus mendapat predikat terbaik, cum laude, bilamana mendapat catatan amal kebaikan dari sebelah kanan, untuk selanjutnya menuju ke surga Firdaus jannatun naim, amin.
Semoga kita semua bisa berhasil menempuh perjalanan sekolah kehidupan ini dengan baik, amin 🤲

Leave a comment

Information

This entry was posted on 17/02/2021 by in Blogroll.