Inspiring points

Reflective story from journey of life , Alam terkembang jadi guru

Ho peng & Cheng lie (budaya bisnis kaum china perantauan)

chinesse business

Di kawasan Asia tenggara, dan seputaran tepian lautan Pasifik umumnya, kaum Hoa Kiau (kaum China perantauan)  dikenal  memiliki kekuatan dan jaringan bisnis yg kuat.  Kita bisa banyak belajar dari mereka bagaimana membangun bisnis yg kuat. Berbicara dengan beberapa teman dari kalangan tersebut, saya mendapatkan rumus singkat ttg berbisnis yg di istilahkan dg  3-H dan  3-C  ; 3-H ; ho peng, ho kie  , hong shui   3-C ; cheng lie , ching cay , cwan 

Langkah awal membangun relasi bisnis ialah kita harus memiliki “ho peng” ( relasi terpercaya ) , memilih bidang usaha yg tepat, Ho-kie dan tempat usaha yg tepat pula , istilahnya Hong shui atau Feng shui.

Ho peng ( relasi terpercaya ) dibangun melewati proses waktu yg lama, hanya teman lama yg bisa dipercaya saja bisa jadi ho peng yg handal , perjalanan waktu lah yg menguji sampai sejauh mana terbuktinya ; komitmen,kesetiakawanan, kepercayaan, saling bantu dll. Karena banyak terjadi pula, teman bisa jadi berkhianat atau bahkan jadi musuh.  

Memilih bidang usaha yg tepat, atau istilahnya ho-kie, akan membawa keberuntungan. Kalau kita amati para pengusaha hoakiau, cenderung konsisten pada bidang usaha tertentu, misalnya kakeknya berbisnis di bidang kayu, maka, sang ayah dan anak cucu nya , akan focus di usaha bidang kayu pula. Karena telah terbangun turun temurun, mereka akan sangat mengusaha seluk beluk usaha tersebut juga relasi bisnis dalam bidang tersebut. Sebagai contoh mereka bisa mendapatkan bahan baku yang murah dari luar negeri, karena agen untuk daerah Asia tenggara di Singapore, adalah perusahaan yg didirikan oleh teman kakeknya dulu, dan masih terjalin relasinya sampai saat ini, keunggulan ini tak bisa didapatkan oleh pengusaha lain nya. Ini juga lah yg menjadi entry barrier ( hambatan masuk) bagi pengusaha baru di suatu bidang usaha tertentu, karena pengusaha tersebut tak memiliki akar relasi bisnis yg kuat dan luas.

Dalam kultur hoakiau jaman dulu, mungkin masih juga saat ini, ada suatu kepercayaan, bahwa suatu keluarga tertentu, yg biasa dikenal dari namanya,  misal keluarga liem atau keluarga ong misal nya, harus berbisnis dalam bidang bisnis tertentu pula, misal kayu, kain, makanan dll. Ada kepercayaan kalau seseorang  membuat bisnis baru yg bukan ho-kie keluarga nya, maka tidak akan maju, bisa bangkrut. Secara logika masuk akal sekali, bahwa membangun bisnis yg tak memiliki relasi bisnis yg kuat akan sulit sekali dan cenderung akan merugi.

Sebagai bandingan, inilah salah satu kelemahan pengusaha dari kalangan pribumi yg cenderung memilih usaha tanpa perhitungan yg kuat atau berpindah2 bidang usaha. Kalau kita perhatikan pengusaha pribumi yg kuat adalah yg konsisten pula di bidang usaha nya, semisal pengusaha minang yg berjualan pakaian dan membuka restoran padang. Pengusaha dari daerah Madura, dikenal menguasai bisnis barang bekas & rongsokan dari pabrik di seputaran Jakarta. Di daerah Jawa Barat, dikenal pengusaha transportasi antar kota yg kuat bertahan lama, adalah pengusaha dari daerah Tasikmalaya & Ciamis yg sejak dari dulu memang telah berbisnis di bidang tsb. Bis kota Mayasari Bakti di Jakarta atau angkutan antar kota, Primajasa, adalah keluarga pengusaha pribumi dari Tasikmalaya yg bisa bertahan lama sampai saat ini.

Mengenai hong shui, atau tempat berusaha yang menguntungkan, sudah menjadi logika bisnis, bahwa bisnis akan maju di tempat yg strategis. Di Jakarta ada beberapa  kawasan bisnis yg menurut pengusaha hoakiaw dianggap tempat yg menguntungkan, seperti daerah Glodok,  Kelapa Gading & Pluit.  Kita tahu semua daerah tersebut jalanan nya sering macet, kalau musim penghujan sering terkena banjir, tapi tetap saja daerah tersebut ramai dan menguntungkan kegiatan bisnis nya.

Selain 3H di atas ,  mereka juga punya 3 filosofi atau kaidah kerjasama yang simpel tapi jitu, yaitu “cheng li” (fairness, keadilan), “ching cay” (fleksibilitas, toleransi, salah-salah dikit ching cay la.. rugi-rugi dikit ching cay la..), dan “cwan” (untung, laba).

Mengenai Ho-peng, timbul pertanyaan,  apakah setelah bertemu, ho peng, tidak terjadi khianat, tipu menipu  diantara mereka? Tetap ada, namanya juga manusia. Biasanya mereka punya kelompok relasi bisnis yg terpercaya. Sekali waktu ada relasi yg ketahuan berbuat curang, menipu, biasanya langsung dikeluarkan dari kelompok tersebut, ia tak lagi jadi ho-peng.

Relasi dg ho-peng harus dijaga kuat dengan berbagai prinsip spt : commitment, accountablity, honesty, fairness, opennes, diligence, flexibility, collaboration, sampai give first (memberi lebih dulu), competition (bersaing sambil bekerjasama) dan banyak lagi positive mindset lain nya

Sebagai bandingan, budaya popular instant sebagian kita saat ini  adalah budaya distrust, negative thinking. Seperti ungkapan ;

 Buat apa membuat visi? terlalu muluk, kalo ngga nyampe ntar frustrasi.. mending yang didepan hidung tangkep dulu, yang penting duitnya dulu, urusan belakangan..

Buat apa kejujuran? Kalo orang lain ngga jujur dilipet dong kita? Kalo kita jujur, ngga akan dapet proyek dong.. Sebelum dimakan orang lain, kita makan dulu aja..

Buat apa memberi duluan ? Rugi dong kita.. keenakan orang lain dapet duluan dari kita.. dst dsb dll. Ya seperti itulah mentalitas kita, tapi memang tak semuanya seperti itu. 

Di sebuah pameran teknik, saya sempat melihat stand pameran, sebuah perusahaan  supplier alat2 teknik, PT  Kawan Lama Sejahtera , sebuah nama yg terasa aneh utk sebuah perusahaan supplier barang2 teknik , tapi nama itu adalah tipikal nama usaha etnis chinese yg memang biasanya mengandung makna tertentu.

Waktu perusahaan tersebut mengadakan sebuah acara besar, saya sebagai salah satu perwakilan pelanggan diundang juga, dan saya hadir ke kantornya di daerah Kembangan, Kebun Jeruk, Jakarta.Ngobrol2 ringan saat makan siang, dg pengelola perusahaan tsb, saya sempat tanya , ttg perusahaan dan nama tsb , ternyata nama Kawan Lama Sejahtera  memiliki makna yg mendalam , inti nya itu, betapa bernilai nya kawan lama ,  betapa berharga nya kita memelihara persahabatan , sahabat sejati, kawan lama , telah melewati waktu yg panjang berinteraksi dg kita , kita telah saling kenal, telah ada kepercayaan  yg terbangun , itulah yg membedakan kawan lama dg kawan baru.

Kesejahteraan , kekayaan dan bisnis secara umum, antara lain adalah dibangun dg relasi yg telah lama terbangun , jadi tepat juga kawan lama akan membawa kesejahteraan..

saya pun mulai berpikir2 siapa saja yah kawan lama saya selama ini ?,  bisa kah kita membangun kesejahteraan ( kaya dan bahagia ) dg para kawan lama kita itu ?,

di pikir2 , kita banyak pula teman2 lama, jaman sekolah atau teman kerja, tapi tetap jadi pertanyaan bisakah kawan lama kita ini membawa kesejahteraan ? ,

sejauh mana kah kedekatan dan trust yg telah terbangun selama ini ? karena banyak juga, ternyata kawan lama yg mengecewakan kita , tak kita percayai lagi ,karena banyak juga relasi dg kawan lama telah terputus atau malah kita tak ingin menemuinya lagi nampak  nya kawan lama sejahtera dalam arti harfiah , memang makhluk langka yg berharga 

Disinilah pentingnya suatu filosofi membentuk konsistensi budaya kerja, yang telah merasuk menjadi sebuah kerangka berpikir yang kokoh sehingga filosofi tsb tercermin dalam hubungan bisnis mereka dengan para pelanggan dan vendornya.

Kalau dulu jaman kuliah, kental sekali kebersamaannya, setelah lulus apakah masih sama kadarnya atau justru sebaliknya. Terus terang saja, saya lebih kagum atas pemikir-pemikir perusahaan tersebut ( terbukti kan perusahaan tsb tetap tumbuh membesar ), ada sebuah nasihat dari timur tengah yg menyatakan ; Belajarlah kamu sampai ke negeri Cina. Sebenarnya kita bisa belajar juga dari filosofi budaya Cina, seperti dalam hal berbisnis

Sedikit cerita, saya punya teman dari etnis keturunan Cina, mulanya sulit untuk berkawan akrab, lalu saya tunjukkan bahwa saya tulus bantu bisnisnya, dan akhirnya kita dianggap sebagai ‘hopeng’. Dia beri saya uang, saya tolak, dan dia marah kalau uang tsb tidak saya terima. saya tanya Kenapa marah ? karena sebagai ho-peng, anda harus saling berbagi secara proporsional atas benefit yang telah diciptakan oleh masing masing pihak. Bila tidak, dia merasa telah menciptakan ketidakproposionalan dalam hubungan tersebut dan itu akan menghancurkan hubungan kita berdua.

Sebagai bahan renungan, salah satu kekurangan kita, adalah bahwa kita lebih sering meminta sesuatu melebihi porsi benefit yang telah kita ciptakan ( disini, mulailah tercipta ketidakadilan ) . Bangsa ini hancur karena terlalu banyak manusia yang ingin memperoleh benefit lebih besar dari apa yang telah dia kontribusikan.

Yang terjadi akhirnya cenderung saling menjatuhkan ( seperti serombongan anak kecil berebut permen ),sedangkan filosofi yang tepat sebagai kawan adalah saling membangun. Substansi Kawan lama sejahtera adalah anda akan jadi hopeng apabila saling membangun ( dan hasilnya semua dibagi secara proporsional ) , sehingga terbentuklah kesejahteraan.Apabila hasilnya kurang, hanya satu jalannya, ciptakan sumber sumber bisnis baru yang bermanfaat bagi kedua belah pihak.

Pernah saya tanya rekan kerja yang asli lahir dan besar di negeri Cina, mengapa di Cina yang punya sepeda dengan yang punya mobil mewah baru tidak pernah terjadi konflik. Dia jawab apabila ada yang punya mobil mewah baru, yang punya sepeda tidak marah karena sadar bahwa semua telah berusaha mati matian. Kalau dia punya mobil baru, itu karena dia berhasil menciptakan sesuatu yang bernilai tinggi sehingga hasilnya mampu beli mobil baru, sedangkan dirinya belum mencapai keberhasilan tsb.

Walau yang punya sepeda itu taraf hidupnya rendah, dia tidak marah/ menyalahi orang/pihak lain atas kekalahannya karena sadar rendahnya taraf hidup dikarenakan dia belum mencapai keberhasilan dan harus terus belajar dan menciptakan sesuatu yang proporsional agar taraf hidupnya meningkat. Tak perlu iri , semua orang berprinsip, giatlah belajar dan bekerja, hasilnya belakangan.

Hukum kekekalan energi telah mereka terapkan, dalam pengertian, siapa yang kerahkan energi terbesar, dia yang menang. Inilah rahasia mengapa seorang sarjana di Cina nrimo digaji 100 USD sebulan, kerja 14 jam sehari dan hanya libur sehari dalam sebulan. Dia sadar bahwa si boss harus jualan lokal dan ekspor dengan harga kompetitif agar bisnisnya jalan dan mampu memberi gaji ke pegawainya ( berarti pemahaman auditnya sudah jago di semua elemen, dari bawahan sampai atasan, dan mampu jujur atas seluruh kondisi tsb ). Dan si boss tidak boleh lengah dalam konsentrasi berbisnis, sekali lengah, anak buahnya akan bikin usaha sejenis dan rebut pembeli yang sama.

Di sisi lain ada pepatah yang kurang lebih berbunyi : “Tidak ada kawan sejati dan musuh sejati, yang ada hanyalah kepentingan abadi”.Hal ini memaksa merenungkan, apa sih dasar kesetiaan dan persahabatan sejati itu ? Apakah model solidaritas kekerabatan ala keluarga ? Atau l’esprit de corps a la tentara ? atau ikatan hati karena Allah, dimana yg mengikatnya ialah karena kedekatan dan kecintaaan pada Allah. Ikatan kesetiaan dan kehormatan agung. Ikatan yang bisa menyatukan dua musuh bebuyutan tujuh turunan. Ikatan semesta alam. Ikatan tauhid. Sayang orang jaman sekarang banyak yang berbicara tentang ikatan tadi, tapi cuma di mulutnya saja. Sehingga hatinya diikat oleh ikatan yang lain dan tindakannya tidak mencerminkan keindahan dan keluhuran ucapannya. 

Mari kita membina “ho peng” ( teman yg dipercaya), dan jauhilah  “bo cheng li” ( tidak fair, curang)

13 comments on “Ho peng & Cheng lie (budaya bisnis kaum china perantauan)

  1. Santri
    02/02/2014

    Tulisan yg bagus. Terima kasih Kang Hendra Messa. 🙂

    Saya juga tadi baca page nya Ustadz Felix Siauw yg berbicara ttg pengaruh inner circle friends sbb :

    “Ustadz Felix Siauw
    rezeki Allah tidak selalu harus dalam bentuk harta | ternyata teman-teman setia bisa jadi lebih berharga

    orang yang berilmu itu tak perlu pengakuan | sama seperti orang kaya tak perlu pengakuan

    mengutip dari @JayaYEA yang ngutip juga dari Kiyosaki | “bisnis itu hanya untuk orang yang suka menolong orang lain”

    beda dengan bisnis yang hanya di kepalanya “duit, duit, duit” | nggak akan long lasting, dan nggak menenangkan kutip nasihat @JamilAzzaini pada kawannya | “tega-teganya kamu punya tabungan untuk S2 anakmu sementara diluar sana orang nangis kelaparan”

    padahal S2 anak itu harusnya bukan dibiayai bapaknya, harusnya urusan anaknya sendiri | banyak ortu sangka sayang padahal menjerumuskan

    ketemu orang-orang yang banyak ilmu memang enak | sindirannya itu nasihat dan ngobrol juga jadi nasihat | semua agar jadi lebih baik ketemu orang-orang berilmu itu memang enak | kita jadi terpacu berkarya yang lebih lagi | malu sama kontribusi mereka kemarin malem juga kedatangan tamu @PejuangSubuh | berapi-api ceritain rencana penerbitan bukunya | diajarin senam yoga lagi saya.. juga diceritain rencana program baru @PejuangSubuh pake poin dalam subuhan | seru.. tunggu deh tanggal mainnya kesimpulannya? | ketemu orang-orang baik, salih, berilmu itu buat harimu jadi adem, woles, semangat berkarya dan positif beda dengan ketemu orang yang nggak ngajak pada kebaikan, nggak ngerti agama | kita jadi negatif, penuh kebencian, puyeng, pusing

    ketemu orang yang isinya ngeluh, nyela, menjatuhkan orang lain | pasti bakal bikin kepala butek, suram, beban, harimu sendu deh..

    jadi kalo selama ini kamu lesu, lemah, loyo, lemes | mungkin temen-temenmu yang salih kurang hehe.. | atau TL-mu penuh “sampah” kata-kata nggak salah berteman dengan siapa saja | tapi jangan heran bila kamu juga nggak jadi siapa-siapa

    tapi berteman dan mengambil pelajaran dengan hanya yang salih | insyaAllah akan membuatmu cepat atau lambat ikut salih, percaya? jajal deh..”

    Dan berteman di milist ini menurut Santri mirip filosofi “Kawan Lama Sejatera” 🙂

    Salam takzim semua 🙂
    Santri, ’91.
    Jakarta
    Khairunnas anfa’uhum linnas

  2. Benny
    02/02/2014

    Sae kang……
    leres urang teh kedah diajar ka orang cina masalah bisnis
    sareng arti kesetiakawan. ……

    Benny Bachtiar
    Cimahi

  3. Bondhan Novandy
    02/02/2014

    Tulisan yang bagus…meluruskan saja “belajar hingga ke negeri china” itu bukan hadits mohon dikoreksi karena dibaca byk org.

    • hdmessa
      02/02/2014

      sama2, mas Bondhan,
      terima kasih koreksi nya

      salam

  4. yusron
    03/02/2014

    Terima kasih Pak Hendra, tulisan yang menarik dan
    inspiring.

    Sependapat kalau di kalangan pribumi belum memiliki
    budaya dagang yang kuat… Dikatakan budaya kalau itu
    sudah menjadi fenomena kolektif dan sudah ada semacam
    kelanggengan secara turun-temurun. ..

    Budaya dagang pribumi pada umumnya mem-blending kultur daerah,
    ajaran agama dan pendidikan ala Barat.

    Budaya dagang Barat dan China berbeda…seperti perbedaan corak
    kebudayaan keduanya. Budaya dagang Barat modern lebih mendasarkan
    pada sains dan temuan-temuan sains terbaru dalam bidang teknologi,
    manajemen, psikologi, sosiologi, dsb.. Pendek kata budaya dagang
    barat adalah rasionalisasi berdagang. Sementara Budaya China
    sepanjang masa lebih didasarkan pada pengalaman empiris…
    Etos kerja China terkait dengan Etika Konfucian dan Budhis.
    Keduanya adalah formulasi kearifan etris yang distandarkan dan dianut
    menjadi etika kolektif mereka. Dan menjadi semakin kuat karena
    semakin banyak bukti efektivitas dampaknya pada keunggulan.. ..

    Budaya Dagang Barat juga sudah mulai memanfaatkan pengalaman
    empiris, dengan mengambil praktek-praktek perusahaan yang secara
    konsisten memberikan kinerja unggul yang kemudian distandarkan
    menjadi bagian dari sains dalam istilah manajemen Best Practice.

    Manajemen kualitas yang evolusinya manjadi TQM (ISO 9000 series, MBQM),
    sistem produksi Just In Time, dsb. mendasarkan pada pengalaman praktek yang
    kemudian distandarkan. Franchise makanan, franchise toko kelontong adalah
    praktek terbaik manajemen retail yang distandarkan dan didalamnya
    ditanamkan teknologi : teknologi IT & internet communication.

    Bagaimana pembentukan bersama secara sistematik kearifan
    dagang pribumi dengan belajar bagaimana China Diaspora
    membentuk budaya dagang mereka? Yang pasti sifat dan cara
    mereka adalah secara berjamaah…

    salam,
    myusron
    jakarta

    • Ilham pras prasetia
      02/03/2018

      Hanya satu kata buat mereka ….
      arif dan bijaksana

  5. tulisan yang sangat luarbiasa hebat!!!..terima kasih

    • hdmessa
      23/07/2014

      sama2, pak Andi,
      terima kasih koment nya

  6. didik
    20/07/2017

    Inspirasi apa yang bisa saya petik dari artikel tersebut mas..kasih tau yaw..hhhhhhh..

    • hdmessa
      20/07/2017

      Belajar dari cara kaum china perantauan berbisnis, melihat pada kelebihan & kekurangan diri kita sendiri, dipilih cara yg sesuai dg diri kita utk bisa berhasil dlm bisnis

      • didik
        20/07/2017

        Trimakasih mas

  7. bagus artikelnya

Leave a comment

Information

This entry was posted on 30/05/2007 by in horizon - insight.