Alkisah di sebuah pesantren, 2 orang santri yg telah selesai mengikuti pendidikan nya menghadap kiyainya untuk mendapatkan nasihat terakhir sambil pamitan hendak pulang
Salah satu nasihat sang kiyai berkaitan dengan masalah kekayaan, ialah ; “kalau kalian ingin kaya, maka kalau kalian pergi bekerja atau berdagang jangan terkena sinar matahari dan kalau makan banyakanlah lauknya”.
Kedua santri tersebut agak bingung juga dengan pesan kiyai tersebut, tapi mereka telah sama2 tahu bahwa sang kiyai suka memberikan pengajaran dengan memberikan pesan nya secara tersirat, dan santri sendirilah yang berusaha mengartikan nya. Kemudian kedua santri itu pun mohon pamit.Setelah sampai di rumahnya masing2 mereka coba mereka-reka apa maksud dari kiyainya tersebut.
Setelah sekian belasan tahun berlalu, pada pertemuan reuni alumni pesantren tersebut, datanglah pula kedua bekas santri tersebut, namun jauh berbeda kondisinya, yg satu jadi kaya raya, sedangkan yg satu lagi jatuh miskin.
Kemudian keduanya dipanggil oleh sang kiyai dan ditanyai, kenapa yg satu bisa kaya, sedangkan yg lain nya jadi miskin ,padahal nasihat nya sama ?
Santri pertama yg miskin berkata, dulu kiyai bilang kalau ingin kaya, maka kalau jalan pergi bekerja atau berdagang, saya selalu pakai payung agar tak kepanasan kena matahari. Sedangkan kalau makan, seusai pesan pak kiyai saya makan dengan banyak lauk pauk, sehingga boros pula pengeluaran saya. Sehingga karenanya usaha saya pun tak maju sedangkan pengeluaran banyak, sampai akhirnya usaha saya jatuh bangkrut.
Hmmm, sang kiyai pun , hanya bisa terangguk angguk sambil tersenyum, mendengar penuturan santrinya tersebut.
Ia pun bertanya pada santri yg kedua, sekarang kamu santri yg kedua, kenapa kamu bisa kaya, dengan nasihat ku yg sama ?
Begini pak kiyai, karena pak kyai, bilang kalau pergi kerja tak kena matahari, maka aku pergi kerja berdagang selepas subuh, sebelum matahari terbit, dan pulang nya malam hari selepas magrib. Dan bila makan, maka aku selalu makan dengan ikan teri, karena nasihat pak kiyai kalau makan, banyakkan lauk nya.
Sang kiyai pun tersenyum, engkau santri ku yg kedua, telah mengartikan pesan ku dengan cerdas, sehingga engkau kaya karena nya. Bersungguh2 dan rajin dalam mencari rizki dan hidup hemat.
Sedangkan engkau santri yang pertama, kamu salah mengartikan nasihat ku, sehingga engkau malah jadi malas, lamban dalam bekerja dan jadi pemboros.
Cerita singkat diatas adalah sekedar karikatur yang menggambarkan bahwa sesungguhnya nasib seorang anak manusia, semisal dalam hal kekayaan material, bergantung pada kegigihan, kerja kerjas dan kemampuan berpikirnya, siapa yg cerdik, pandai dan bersungguh2 dalam berusaha, maka ia akan banyak pula rezekinya.
Demikianlah hukum alam berlaku.. , rajin dan hemat pangkal kaya, hard work, smart work….
Demikianlah hukum alam berlaku.. ,
rajin dan hemat pangkal kaya,
hard work, smart work….
> setuju karena itu hukum alam konvensional, seperti etos kerja dan falsafah mayoritas saudara2 kita orang Tionghoa
> tapi ada yg lebih DAHSYAT lagi, yaitu HARD WORK, SMART WORK, tetapi bukannya hemat malahan GIVE MUCH (terutama untuk saudara2 kita yg tidak seberuntung diri kita)….
yg saya amati orang yg GIVE MUCH for charity bukannya semakin berkurang hartanya, malahan semakin berlipat-lipat ganda……
menyadarkan saya bahwa matematika duniawi tidak sama dengan matematika illahi…….
orang yg makin banyak memberi untuk kehidupan banyak orang, akan semakin dilimpahi berkah Tuhan….
Salam dari gunung wayang windu, bandung selatan,
Deddi
Masalahnya, ndra ….
Semua orang ingin cerdas spt santri yg kedua itu ,
tapi pada nggak bisa …he..he..he…
Takdir meureun nya ……
Aris gumilar
bekasi
bagus Pak artikelnya…
bekerja keras saja tidaklah cukup, tapi harus jug bekerja secara cerdik….
terimakasih
Andisyah
Gunung wayang windu, bandung selatan
sejalan dg ayat al Qur’an,
Sesungguhnya Tuhan tidak akan merubah nasib manusia sehingga manusia itu sendiri yang harus merubahnya
( QS. Ar Raad ayat 11).
Sepertinya pak kiyainya ini adalah kiyai yg penuh tafsir..
Toni wen
Bogor
ini sebagai peringatan bagi petinggi, kalau kasih nasihat (apalagi nasihat penting /perpisahan) jangan yang tersirat?
yang tersurat (jelas & sudah dibakukan di buku) saja, banyak yang orang jadi salah persepsi
ini yang salah siapa ya?
kyai-nya, yang tidak mengerti kondisi anak didiknya?
atau muridnya, yang tidak bertanya kalau tidak tahu? (berilmu sebelum beramal)
yan permata
Areva pulogadung- Jakarta
Assalamu’alaikum
Uda,….sepertinya saya mesti berguru sama kyai itu pak
kalo boleh tau.. pesantren di nagari mana tuh???
mudah-mudahan kyai ini ada nasihat juga masalah akhirat….??? (minta bocorannya ya…)
hard work, —> untuk kejar akhirat
smart work…. –> sesuai dengan syariat
Best regards,
Ali Syofian
Areva- pulogadung jakarta
hdmessa.wordpress.com – da best. Keep it going!
Thanks
Nadine
thanks Nadine
maybe next time, I will translate the blog to english language
regards,
Hendra
jangan lupa ada takdir yang menentukan jalan hidup seorang manusia.., jadi terkadang segigih apapun usaha secerdas apapun otak seseorang belum tentu juga menjadi sukses atau bisa hijrah sampe ke negeri orang untuk berkarya kalau yang MAHA MENGHENDAKI tidak menghendakinya….
betul sekali mbak Heiky,
Semuanya kita serahkan pada Yang Maha Kuasa, yang maha tahu apa yg terbaik juga bagi hamba Nya
salam